Senin, 13 Oktober 2014

PUISI SEONGGOK JAGUNG KARYA W.S RENDRA


Puisi ini bisa dikatakan sebagai kritik pendidikan pada masa sekarang,  ini terlihat pada penggalan puisi Sajak Seonggok Jagung sebagai berikut
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda tamat SLA
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.
Ia memandang jagung itu
dan ia melihat dirinya terlunta-lunta .
(Sajak Seonggok Jagung Bait ke-27 sampai bait ke-33)
Makna didaktis dari puisi tersebut adalah seorang siswa tamat SLA yang hanya terkatung-katung tampa bisa berbuat seseutu dengan seonggok jagung di kamarnya. Inti dari petikan puisi “Sajak Seonggok Jagung,” tidak hanya bicara soal kemiskinan itu sendiri pada satu sisi, tetapi pada sisi lainnya bicara juga soal gagalnya pendidikan, yang menyebabkan macetnya daya kreativitas di dalam diri seseorang – karena keberhasilan selalu diandaikan dengan lulus dari perguruan tinggi. Padahal pada kenyataannya di dalam kehidupan sehari-hari, banyak yang lulus dari perguruan tinggi tidak bisa mendapat pekerjaan, dan malah jadi parasit bagi lingkungan hidupnya. Inilah yang dikritik Rendra.
Lebih jauhnya, puisi yang ditulis oleh Rendra itu hendak berbicara bahwa seorang pemuda dengan seoonggok jagung di kamar itu sesungguhnya bisa hidup jika ia kreatif, yakni dengan cara mengolah jagung itu sendiri. Jagung dalam puisi tersebut adalah serupa simbol, atau metafora, atau apa pun, yang bisa diolah, yang bisa dijadikan bahan sebagai sumber penghidupan.
Seonggok jagung di kamar
tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan.
(Sajak Seonggok Jagung bait ke-42 sampai bait ke- 45)
Dari bait tersebut jelas tergambar bahwa nilai didaktis yang bisa kita ambil langsung tersurat dalam puisi tersebut yaitu pandangan hidup atau bekal hidup bukan hanya dari buku tapi juga dari kehidupan sebenarnya yang terjati. Inti dari bait ini adalah ketika seorang siswa yang tamat sekolah dan hanya bisa memahami kehidupan berdasarkan teori tapi buka secara praktik langsungnya maka dia kan gagal dalam kehidupannya. Dalam sebuah hidup bukan hanya pendidika saja yag perlu kita utamakan tapi bagaimana rasa sosial kita terhadap sesama, terhadap kehidupan sekitar , bila kita bisa beradaptasi dengan kehidupan sekitar maka kehidupan ini akan lebih muda dan terbantu.
Aku bertanya :
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibukota
kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang
belajat filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata :
“ Di sini aku merasa asing dan sepi !”
(Sajak Seonggok Jagung Bait ke- 51 sampai ke-64)
Dalam puisi tersebut tertulis “apagunanya pendidikan bila hanya mendorong seseorang kektoa menjadi layang-layang di Ibu Kota” penyair menuliskan ini karena seorang pemuda dari desa yang jauh -jauh dari desa untuk mencari ilmu namun,  karena ilmu tersebut dia menjadi kuper atau kurang pergaulan, seta menjadi suatu pajangan yang hanya terombang ambing ditengah ibu kota. Ilmu sejati adalah imu yang bermanfaat untuk kehidupan kita di dunia luar, yaitu dunia kerja dan dunia bermasyarakat.
Rasa keterasingan muncul adari seorang pemuda itu karena dulunya yang saat dia dikota dan hanya memikirkan tentang ilmu pelajarannya saja seperti IPA,IPS, Filsafat atau apalah. Namun segala ilmu itu tidak akan ada artinya bila tidak ada hubungannya dengan kehidupan kita nantinya. Pendidikan memang nomer satu yang penting untuk ditempuh namun alangkah baiknya jika pendidikan itu bukan hanya pendidikan secara formal seperti pelajaran namun juga pendidikan secara non formal yang diselipakan pada sekolah tersebut. Pendidikan non formal ini bisa berupa pelatihan tataboga, pramuka, pmi, atau sebgainya yang menimbuhka jiwa sosial tinggi dan juga kreatifitas tinggi.
Dalam sajak Sajak Seonggok Jagung mengaskan bahwa pendidikan kita tak mampu memberikan apa-apa. Pendidikan kita hanya membuat siswa/mahasiswa terasing dan tercerabut dari kehidupan. Pendidikan hanya menambah pengangguran di Ibukota, dan dengan bahasa yang amat liris Rendra menyindir para mahasiswa yang setelah lulus malah merasa asing dan sepi ketika telah pulang ke daerahnya. Pertanyaan-pertanyaan yang sekaligus penegasan realitas tersebut adalah problem pendidikan nasional yang sulit terpecahkan. Keterasingan hasil pendidikan terhadap masyarakat diakibatkan oleh tidak ilmiahnya kurikulum yang diberikan. Istilah ilmiah menandakan bahwa pendidikan harus bisa dibuktikan kebenarannya. Ia harus direlevansikan  atau berkaitan langsung dengan kebutuhan dan realitas masyarakat.

Kamis, 25 September 2014

Mengenal, Mengerti dan Memahami isi AD & ART Gerakan Pramuka

Mengenal, Mengerti dan Memahami isi AD & ART Gerakan Pramuka
-Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 Tentang Pengesahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka
-Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 203 tahun 2009 Tentang Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka

ASAS, TUJUAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI
Pasal 3

(1)       Gerakan Pramuka berasaskan Pancasila.
(2)       Asas Pancasila diwujudkan dalam sikap dan perilaku setiap anggota Gerakan Pramuka.

Pasal 4

Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar:
memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani dan rohani;
menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan.

Pasal 5

(1)       Gerakan Pramuka mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi kaum                 muda guna menumbuhkan tunas bangsa agar menjadi generasi yang lebih baik, bertanggung jawab,                 mampu membina, dan mengisi kemerdekaan nasional serta membangun dunia yang lebih baik.
(2)       Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan tersebut dilaksanakan dengan bimbingan anggota dewasa.
(3)       Dalam pelaksanaan tugas pokok perlu dilakukan kerjasama yang baik dengan orangtua
           dan guru agar terdapat keselarasan dan kesinambungan dalam pendidikan.

Pasal 6

(1)       Gerakan Pramuka berfungsi sebagai organisasi pendidikan nonformal di luar sistem pendidikan                         sekolah (formal) dan di luar sistem pendidikan keluarga (informal).
(2)       Gerakan Pramuka berfungsi pula sebagai wadah pembinaan dan pengembangan kaum muda dengan               menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan serta berlandaskan Sistem                     Among.
(3)       Pelaksanaan dari fungsi tersebut disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan                       masyarakat, bangsa dan negara.


PRINSIP DASAR KEPRAMUKAAN adalah :
-Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
-Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;
-Peduli terhadap diri pribadinya;
-Taat Kode Kehormatan Pramuka.
(AD Gerakan Pramuka 2004 pasal 11)

METODE KEPRAMUKAAN
Merupakan cara belajar interaktif progresif melalui :
-Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka
-Belajar sambil melakukan
-Sistem berkelompok
-Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan  rohani dan jasmani peserta didik
-Kegiatan di alam terbuka
-Sistem Tanda Kecakapan
-Sistem satuan terpisah untuk Putera dan Puteri
-Kiasaan dasar
(AD Gerakan Pramuka 2004 pasal 12)

Senin, 08 September 2014

TRINIL PURBA

PENELITIAN MANUSIA PURBA DI TRINIL
 paiManusia Purba Trinil Ngawi Jawa Timur Asal-usul manusia memang sudah lama dipertanyakan, mungkin sejak manusia itu sendiri ada. Namun, bagi arkeologi, pertanyaan tentang asal usul manusia sebenarnya baru menjadi fokus kajian setelah Charles Darwin menerbitkan bukunya The Descent of Man (1871), menyusul terbitan bukunya yang terkenal The Origin of Species (1858). Di bukunya itulah Darwin menyebut adanya “the missing link”, mata rantai yang hilang dari proses evolusi primata menuju manusia sejati. Sejak itu, para ahli paleoantropologi dan arkeologi seakan berlomba untuk mendapatkan bukti-bukti “the missing link”. Dorongan itu pula yang membawa Eugene Dubois untuk meninggalkan kehidupan yang mapan di Belanda untuk berburu fosil di Indonesia. Tahun 1891, Dubois mengaku telah menemukan fosil “the missing link” dalam penggalian di tepian Bengawan Solo, di desa kecil Trinil, tidak jauh dari Ngawi, Jawa Timur (Shipman, 2001). Museum Trinil atau Kepurbakalaan Trinil terletak di dukuh Pilang, desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Berjarak 14 km dari Kota Ngawi ke arah Barat daya, pada KM 10 jalan Raya Ngawi -Solo ada pertigaan belok ke arah Utara. Dan Sepanjang 3 km perjalanan baru sampailah pada Museum Trinil. Dan Letaknya sendiri di Pinggiran kali Bengawan Solo, dan layaknya situs-situs kepurbakalaan yang ada di tanah air memang cenderung dipinggiran sungai. Seperti halnya situs Sangiran atau situs sambung macan Sragen juga dibantaran sungai Bengawan solo. Disebelah Barat daya di halaman Museum terdapat bangunan berupa Monumen yang didirikan oleh Eugene Dubois yang pertama kali menemukan situs ini. Di monumen itu dituliskan angka tahun pertama kali penemuan fosil manusia purba yang diberi Nama Pithecanthropus Erectus. Disamping manusia purba didalam museum sendiri juga banyak ditemukan berbagai macam fosil binatang purba, yang paling terkenal adalang ditemukan gading Gajah Purba yang sangat besar sekali jika dibandingkan dengan ukuran gading gajah biasa. Dan manusia purba ini diperkirakan berada pada jaman pleistosin tengah atau 1 juta tahun yang lalu. Dari berbagai temuan adalah: Golongan primate 1. Pithecanthropus Erectus Dubois 2. Pithecanthropus Soloensis 3. Pongo Pygmaeus Hoppins 4. Symphalangus Syndoctylus Raffles 5. Hyaobates Ofmeloch Andebert 6. Nacaca Fascicalois Dan masih banyak golongan flora ataupun fauna yang lainnya. Museum Trinil merupakan warisan kepurbakalaan dunia yang semestinya harus dirawat dan dijaga demi perkembangan pengetahuan. Demikian pula Bengawan-dalam bahasa Jawa berarti sungai besar-Solo yang membentuk aliran air hingga sejauh 600 kilometer. Di sekitar aliran sungai ini, yakni di Desa Trinil, sekitar 11 kilometer dari Kota Ngawi, Jawa Timur (Jatim), seorang berkebangsaan Belanda, Eugene Dubois, menemukan fosil tulang "manusia monyet" (Pithecanthropus erectus) pada tahun 1891. Penemuan itu menjadi bukti betapa sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut menjadi tumpuan hidup nenek moyang ras manusia sejak ratusan ribu tahun silam. Namun, apakah temuan itu telah menjawab tentang asal-usul manusia sejati? Apakah misteri “the missing link” telah terpecahkan? Ternyata tidak!!! Malahan, fosil-fosil yang ditemukan Dubois seakan menjadi pemicu debat baru di antara para ahli yang akhirnya menyadarkan mereka untuk tidak sekedar mencari dan menemukan “the missing link”, tetapi juga memikirkan kembali apa yang dimaksud dengan “the missing link”. Perdebatan dan fokus kajian pun lalu bergeser. Kalau semula perdebatan hanya berkutat di sekitar : apakah fosil dari Trinil adalah benar-benar “the missing link”, pada tahap berikutnya para ahli mulai bertanya-tanya : apa atau siapakah “the missing link” itu ? Apakah ia adalah satu jenis makhluk yang menjadi perantara dalam proses evolusi dari kera menuju manusia, sehingga E. Haeckel menyebutnya Pithecanthropus (pithecos = kera, dan anthropos = manusia) ? Atau, “the missing link” adalah sosok-sosok makhluk yang proses evolusinya ada di antara kera dan manusia ? Rupanya, hasil penelitian arkeologi dan paleoantropologi cenderung mendukung adanya beberapa makhluk perantara dalam proses evolusi dari makhluk mirip kera (pithecoid) menjadi manusia. Namun, ketika sejumlah fosil “the missing links” (jamak) sudah ditemukan, toh perdebatan tidak berhenti sampai di situ. Asal-usul manusia sejati (Homo sapiens) belum juga terpecahkan. Masalahnya, para ahli tetap saja berdebat “makhluk fosil” mana yang punah dan mana yang terus menjadi manusia. Karena itu, terdapat sejumlah pohon kekerabatan manusia yang berbeda-beda (lihat skema di bawah) dan teori asal-usul Homo sapiens pun beragam. Dua di antara teori asal-usul Homo sapiens yang kini masih marak diperdebatkan adalah Teori Kesinambungan Setempat (Multi Regional Continuity) dan Teori Penggusuran (Replacement Theory). Teori yang disebut pertama beranggapan homo sapiens muncul di berbagai tempat di dunia dari hasil evolusi homo erectus di kawasan masing-masing, sedangkan teori yang kedua meyakini homo sapiens muncul hanya di Afrika dan kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia untuk menggusur homo erectus yang kemudian punah (Gamble, 1993). Oleh karena itu, dicarilah bentuk kegiatan lain yang bisa mengingatkan warga Solo akan peranan Bengawan Solo sebagai induk peradaban. Upaya ini bukan sekadar menghadirkan romantisme. Lebih jauh lagi, upaya itu adalah perjuangan untuk menyadarkan masyarakat modern agar menghargai sungai, menghargai induk peradaban besar ras mereka. Sejarah geologi wilayah Pegunungan Seribu, menurut ahli geologi Dr. Tony Djubiantono, terbentuk pada kala Miosen atau Pleistosen Tengah (jutaan tahun yll), dimana saat itu terjadi perubahan yang spektakuler ketika dasar laut di daerah tsb terangkat ke atas. Pada proses terangkatnya dasar laut yang semula berupa teluk besar, berlangsung pembentukan koloni berupa bukit-bukit yang kemudian menjadi bagian dari Pegunungan Seribu. Bukit-bukit di daerah tsb hingga saat ini secara jelas memperlihatkan format batuan koral serupa dengan batuan di dasar lautan. Bahkan di sejumlah tempat dengan mudah ditemukan fosil-fosil binatang laut (yang menunjukkan bahwa daerah tsb dahulunya merupakan dasar lautan). Konon Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa. Panjangnya menca sekitar 600 km.

Kamis, 04 September 2014

MAKNA RUKUN IMAN DAN RUKUN ISLAM

MATERI
RUKUN IMAN DAN
RUKUN ISLAM

Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma sholi ala Muhammad wa ali Muhammad
Rukun Iman
Dalam agama islam dikenal dua pilar penting yang menjadi pedoman hidup bagi seorang muslim, yaitu Rukun Iman dan Rukun Islam. Iman. Menurut bahasa, artinya membenarkan. Sedangkan, iman menurut istilah syariat, maksudnya mengakui dengan lisan (perkataan), membenarkan (tashdiiq) dengan hati dan mengamalkannnya dengan anggota tubuh.
Adapun Rukun iman itu sendiri terdiri atas 6 rukun antara lain:
1. Iman kepada Allah.
2. Iman kepada para malaikat.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah.
4. Iman kepada Nabi dan Rasul
5. Iman kepada had akhir (kiamat).
6. Iman kepada Qodar Allah yang baik atau yang buruk.
Untuk memudahkan untuk memahami Makna masing-masing rukun kita hanya berpedoman pada pengertian iman itu sendiri, yaitu:
Mengakuinya dengan lisan
Membenarkannya dengan hati dan kemudian
Mengamalkannya dengan anggota tubuh.
1. Makna iman kepada Allah
Iman kepada Allah bermakna bahwa kita meyakini tentang penjelasan Allah dan Rasulnya mengenai keberadaan Tuhan. Untuk lebih terperinci lagi, makna iman kepada Allah dapat kita jabarkan dalam empat poin.
Pertama, meyakini bahwa penciptaan manusia adalah kehendak Allah dan tidak mahkluk lain yang terdapat di semesta alam tanpa pengetahuan Allah swt, kedua ialah meyakini bahwa Allah lah yang menciptakan bumi dan alam semesta dan Allah pulalah yang memberikan
reski kepada manusia dan mahkluk lainnya. Ketiga, yaitu meyakini bahwa Allahlah yang patut disembah dan hanya kepadaNyalah segala ibadah ditujukan, misalnya berzikir, sujud, berdoa, dan meminta. Semuanya hanya kepada Allah semata. Keempat yaitu meyakini sifat-sifat Allah yang tercantum dalam alquran (Asmaul Husna)
2. Makna Beriman kepada Malaikat Allah
Malaikat ialah mahkuluk gaib yang diciptakan Allah dari cahaya, dengan ketaatan selalu menjalankan perintah Allah dan kesanggupannya untuk beribadah kepada Allah. Malaikat diciptakan tidak memiliki sikap ketuhanan dan hanya Allahlah Tuhan semesta alam. Jumlah malaikat sangat banyak dan semuanya tunduk dan menjalankan perintah Alla swt.
Makna beriman kepada malaikat dapat dijabarkan kedalam empat poin: pertama, mengimani wujud mereka.
Kedua, mengimani nama-nama malaikat yang telah kita ketahui namanya, sedangkan yang kita tidak ketahui namanya kita mengimaninya secara Ijmal (garis besar).
Ketiga, mengimani sifat malaikat yang terdapat dalam hadis, misalnya Rasullullah saw, pernah bertemu langsung dengan malaikat jibril yang memiliki 600 sayap (Bukhari) di hadis lain dikatakan setiap sayap malaikat jibril menutupi setiap ufuk (Ahmad).
Dan Keempat, yaitu mengimani tugas malaikat seperti yang telah diberitahukan kepada kita. Malaikat senantiasa beribada kepada Allah; bertasbih siang dan malam dan berthawaf di Baitul Ma’mur dan lain sebagainya.
3. Makna beriman kepada Kitab-kitab Allah
pertama, mengimani bahwa kitab itu datangnya dari Allah swt.
Kedua, mengimani kitab tersebut baik secara rinci (tafshil) maupun secara garis besar (ijmal), tafshil artinya mengimani bahwa kitab yang diturunkan kepada Nabi ini adalah kitab ini, sedangkan secara garis besar kita meyaini bahwa kitab diturunkan kepada Nabi dan Rasul meskipun tidak diketahui namanya.
Ketiga, yaitu membenarkan perkataan yang tertulis dalam kitab-kitab tersebut yang masih murni (Belum dirubah).
Keempat, mengamalkan hukum yang tertulis dalam kitab tersebut selama kitab tersebut belum “dihapus”, yang dimaksud dengan kata dihapus disini ialah, kita hanya mengimani satu kitab saja yaitu Al quran, karena kehadiran Al quran mengakibatkan kitab-kitab sebelumnya menjadi mansukh (dihapus). Al quran ialah kitab yang mewakili setiap ummat sampai akhir masa.
4. Makna beriman kepada Nabi dan Rasul
Beriman kepada Nabi dan Rasul, bermakna bahwa kita meyakini Nabi dan Rasul ialah manusia utusan Allah yang diutus di muka bumi untuk menyampaikan kabar gembira dan ancaman. Meyakini bahwa Nabi dan Rasul adalah mahkluk yang diutus Allah ke Bumi untuk memberi petunjuk ke umat manusia hingga kembali ke jalan lurus. Beriman kepada Nabi dan Rasul artinya ialah memercayai segala ajarannya baik dari lisan maupun sebagai sauri teladan. Dengan mengetahui maka beriman kepada Nabi dan Rasul, Manusia sebagai hamba yang mulia sudah sepantasnya meyakininya dan mengikuti jejak suri teladan Nabi dan Rasul
5. Makna beriman kepada hari akhir
Beriman kepada hari akhir artinya kita meyakini tanda-tanda akan datangnya hari kiamat, seperti lahirnya dajjal turunnya Isa as. Datangnya Ya’juj dan Ma’juj, terbitnya matahari dari barat. Kemudiaan diangkatnya ilmu dari muka bumi yang ditandai dengan wafatnya para ulama, semakin banyak terjadi perzinaan, amanah tidak lagi dijalankan, urusan diserahkan kepada yang bukan ahlihnya, jumlah perempuan jauh melebihi jumlah lak-laki dan terjadi kekacauan dan pembunuhan dimana-mana.
Selain itu Pula, makna beriman kepada hari akhir yaitu kita mengimani kejadian gaib lainnya seperti dibangkitkannya manusia dari kubur, dikumpulkannya manusia di padang mashar, adanya hari pembalasan, adanya siksa kubur dan nikmat kubur, dan meyakini adanya surga dan neraka. Semua dilakukan semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah.
6. Makna beriman kepada qada dan qadar
Makna beriman kepada qada dan qadar artinya ialah kita mengimani bahwa apapun yang terjadi di muka bumi bahkan kepada diri kita sendiri sebagai manusia baik maupun buruk merupakan kehendak dari Allah swt.
Namun keburukan tersebut tidak dinisbahkan kepada Allah, melainkan kepada manusia sebagai mahkluk ciptaanNya, sedangkan jika keburukan tersebut dikaiitkan dengan Allah, maka keburukan tersebut merupakan suatu bentuk keadilan terhadap sesuatu pihak yang tidak dapat terduga oleh pengetahuan manusia. Allah menciptakan mudharat pastilah ada maslahat. Di setiap keburukan terdapat makna yang mendalam, baik itu diketahui oleh manusia, maupun tidak diketahui oleh manusia.
Rukun Islam
Adapun Rukun Islam itu sendri, antara lain:
1.Syahadat (Pengakuan bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah, selain Allah swt)
2.Mendirikan shalat.
3.Menunaikan zakat.
4.Puasa pada bulan Ramadhan dan
5.Haji ke Baitullah Al-Haram.
Makna syahadat
Syahadat, diartikan sebagai gerbang untuk memenuhi fitrah manusia, yaitu untuk beribadah kepada Allah swt. syahadat juga meerupakan inti sari dari agama islam. Syahadat bermakna “Menolak” dan “menetapkan”.
Pertama, kita menolak bahwa kita menolak segala sesembahan selain dari pada Allah dan kedua, kita meneatapkan bahwa hanya Allah lah Tuhan Yang patut kita sembah
Sedangkan untuk rukun kedua dan ketika, lebih ditekankan pada manusia untuk menjalankan ibadahnya kepada Allah swt. Rukun islam tidak lain bermakna untuk menjadi pedoman bagi manusia, agar selalu mengingat Allah dan senantiasa beribadah kepadanya

Sejarah pramuka di indonesia

Kelahiran Gerakan Pramuka

Sejarah Pramuka Indonesia

Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.
Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepanduan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.
Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powell (Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepanduan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961.
Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu.
Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan (Hamengku Buwono IX), Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial).

Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.

Kelahiran Gerakan Pramuka

Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu :
  1. Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA
  2. Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.
  3. Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
  4. Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.

Gerakan Pramuka Diperkenalkan

Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya.
Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.
Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang.
Namun dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.
Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.
Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta.
Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai.
Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.